Monday, March 30, 2020

Rahasia Ketajaman Golok Sembelih Sapi Qurban

Golok sembelih merupakan alat utama untuk membantu proses penyembelihan, baik ayam, kambing, kerbau maupun sapi. Golok sembelih lebih khusus lagi sangat berperan dalam ibadah penyembelihan hewan qurban yang dilakukan setiap tahun oleh semua ummat Islam. Hal ini menjadi penting bagi kita untuk memahami bagaimana kriteria golok sembelih terbaik yang mampu untuk menyembelih secara ihsan.

Dalam artikel kali ini kami khusus membahas mengenai ilustrasi ketajaman golok sembelih ketika dipakai untuk penyembelihan. Banyak yang beranggapan bahwa semakin landai sudut asahnya maka semakin tajam untuk sembelih sehingga banyak yang mengasah golok sembelih dan pisau sembelih rata dari pangkal sampai mata bilah atau istilahnya full flat. Padahal hal tersebut tidak sepenuhnya tepat.

Beberapa merk pisau sembelih international seperti Victorinox dan F. Herder (Cap Garpu) mempunyai desain yang telah kita ketahui, yaitu mempunya tebal punggung bilah sekitar 2,5 mm sedikit menipis ke arah mata bilah namun tidak termasuk full flat. Apakah desain yang mereka pakai merupakan hasil riset atau hanya sebatas bentuk saja? nanti akan kita bahas.


1.Pertama kita ambil contoh pisau tramontina passador yang umum ada di pasaran dengan harga terjangkau, desain ketipisan bilahnya pun tidak jauh berbeda dari Victorinox, F. Herder dan F.Dick. Mempunyai tebal sekitar punggung 2,5 mm sedikit menipis ke arah mata tajamnya dan mempunyai secondary bevel dengan sudut asah sekitar 18° dan lebar bilah sekitar 5 cm. 


2. Kedua kita harus mempelajari struktur kulit sapi, kita ambil contoh kulit sapi karena sapi merupakan hewan terbesar dan terberat untuk disembelih. Kulit merupakan objek yang akan diiris oleh golok sembelih nantinya. Jika dilihat kulit sapi terdiri dari banyak jaringan, jaringan yang paling kuat dan membuat kulit berat untuk diiris adalah serat kolagen. Hal lain yang menyebabkan kulit terasa berat untuk diiris adalah adanya gaya kohesi kulit. Gaya kohesi inilah yang sering menjepit bilah dan menghambat penetrasi bilah.




3. Ketiga, kondisi ketika bilah mengiris kulit maka volume bilah akan menekan kulit dan membelah kulit. Hal ini menyebabkan beban iris umum bilah adalah sebesar luas bidang yang diarsis pada gambar di atas. Luasan tersebut merupakan beban yang dirasakan ketika mengiris bagian kulit. 

Pada ilustrasi tersebut, jika kita uji bilah dengan sudut asah  18° maupun 30° maka luas beban irisnya tidak jauh berbeda. Ilustrasi ini kita asumsikan mata bilah diasah sampai ketajaman yang sama. Lantas apa yang membuat sudut asah besar menjadi terasa berat? Mari kita lihat ilustrasi selanjutnya.


 4. Ilustrasi di atas adalah proses penetrasi bilah ke jaringan kulit. Pada titik A, beban penetrasi sebenarnya kecil karena mata bilah diasah sampai ketajaman tinggi. Namun pada titik B terjadi beban tinggi karena kulit yang sudah teriris dibentangkan selebar penampang punggung mata bilah. Di sinilah terasa perbedaan bilah yang diasah landai dan tinggi meskipun diasah sampai ketajaman yang sama.



5. Solusi yang bisa dilakukan adalah meregangkan kulit dengan cara ditarik kuat. Praktek dilapangan  biasa dilakukan dengan mendongakkan kepala sapi agar kulit leher terasa kencang sehingga gaya kohesi kulit menjadi minim. Dengan cara ini maka bilah dengan sudut asah tinggi pun mampu untuk melakukan penetrasi secara mudah karena beban kohesi pada punggung mata bilah sudah berkurang akibat dari peregangan.

Cara ini sudah terbukti dilakukan di lapangan. Bukti pendukungnya adalah ketika golok dan pisau sembelih dihoning untuk mengembalikan ketajaman, proses honing tersebut dilakukan dengan sudut yang cukup tinggi lebih tinggi dari sudut asah. Bilah yang terhoning tersebut mempunyai sudut asah akhir sesuai dengan sudut ketika menghoning. Meskipun dihoning dengan sudut cukup tinggi, namun para jagal terutama jagal RPH tetap dangan menyembelih sapi sekali tarik dengan kondisi leher diregangkan.

Namun begitu, peregangan leher sebaiknya tidak dilakukan terlalu lama agar tidak menyakiti hewan. Perlu dicatat bahwa peregangan leher tujuannya untuk mempermudah penyembelihan. Jangan sampai dengan tujuan agar bisa menyembelih sekali tarik si sapi justru ditarik lehernya dengan kuat dan dalam waktu lama  agar dapat sensasi penyembelihan sekali tarik, karena menyembelih bukan untuk pertunjukan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sudut asah berpengaruh pada beban iris. Semakin landai sudut asah maka semakin ringan gerakan irisnya.Kurang tepat jika mengatakan semakin kecil sudut asah maka semakin tajam. Karena ketajaman berhubungan dengan kehalusan asahan.







No comments:

Post a Comment